1.Albert Einstein
2. Isaac newton
Sir Isaac Newton adalah ahli fisika, matematika, astronomi,
kimia dan ahli filsafat yang lahir di Inggris. Buku yang ditulis dan
dipublikasikan pada tahun 1687, Philosophiæ Naturalis Principia Mathematica,
dikatakan sebagai buku yang paling berpengaruh dalam sejarah perkembangan ilmu
pengetahuan. Karyanya ini menjelaskan tentang hukum gravitasi dan tiga asas
(hukum) pergerakan, yang mengubah pandangan orang terhadap hukum fisika alam
selama tiga abad kedepan dan menjadi dasar dari ilmu pengetahuan modern.
Pada tahun 1670 sampai 1672, Newton memberikan pelajaran
tentang optik. Dan selama masa ini, dia sendiri menyelidiki refraksi cahaya
(refraksi: perubahan arah dari suatu gelombang akibat perubahan kecepatan) dan
memberikan demostrasi bahwa sebuah prisma dapat memecah cahaya putih menjadi
berbagai macam spektrum warna dan sebuah lensa pada prisma yang kedua, dapat
membentuk spektrum warna tersebut menjadi satu cahaya putih kembali
Isaac Newton menyadari bahwa matematika adalah cara untuk
menjelaskan hukum-hukum alam seperti gravitasi, dan membuat beberapa rumus
untuk menghitung 'pergerakan benda' dan 'gravitasi bumi'. Gravitasi adalah kekuatan
yang membuat suatu benda selalu bergerak jatuh ke bawah. Dengan tiga prinsip
dasar dari hukum pergerakan, Newton dapat menjelaskan dan membuktikan bahwa
planet beredar mengelilingi matahari dalam orbit yang berbentuk oval dan tidak
bulat penuh. Kemudian Newton menggunakan tiga prinsip dasar pergerakan yang
sekarang di kenal sebagai Hukum Newton untuk menjelaskan bagaimana benda
bergerak.
Ayah Isaac Newton meninggal tiga bulan setelah Newton lahir,
dan dimasa kecilnya, Newton tinggal bersama neneknya. Newton kemudian
bersekolah di sekolah desa dan kemudian pindah ke sekoah yang lebih baik di
Grantham, dimana disana dia menjadi murid dengan peringkat atas.
Saat ini banyak kisah yang menceritakan bahwa Newton
mendapatkan rumus tentang teori gravitasi dan sebuah apel yang jatuh dari
pohon. Di kisahkan bahwa suatu hari Newton duduk dan belajar di bawah pohon
apel dan saat itu sebuah apel jatuh dari pohon tersebut. Dengan mengamati apel
yang jatuh, Newton mengambil kesimpulan bahwa ada sesuatu kekuatan yang menarik
apel tersebut jatuh kebawah, dan kekuatan itu yang kita kenal sekarang dengan
nama gravitasi.
Galileo Galilei (1564-1642) adalah ahli astronomi Italia,
ahli matematika, ahli fisika, guru besar, pengarang, penemu hukum gerak yang
kemudian dirumuskan oleh Newton, bapak metode eksperimental, penemu hukum benda
jatuh, penemu hukum bandul, penemu thermometer dan teleskop, penemu teori
matematik gerak parabola. Ia orang pertama di dunia yang menerapkan matematika
untuk menganalisis mekanika. Ia menghubungkan fisika dan astronomi dengan
matematika dan tidak dengan filsafat tradisional. Ia menentang pendapat
Aristoteles dan Ptolemeus.
Sebenarnya orang pertama di dunia yang menemukan teleskop
atau teropong adalah Hans Lippershey, ahli optika Belanda, pada tahun 1608.
Tapi Lippershey tidak mau menerima patennya. Ketika mendengar hal itu Galileo
lalu membuat teleskop sendiri. Mula-mula teleskopnya hanya mampu membesarkan
benda 9 kali dan akhirnya berhasil membuat teleskop yang mampu membesarkan
benda 33 kali. Dengan teleskop sederhana ini Galileo jadi masyhur karena
menemukan cincin Saturnus, empat buah bulan Yupiter, gunung-gunung dan
kawah-kawah dibulan. Ia juga menemukan di bawah galaksi sebenarnya gugusan
bintang yang berjuta-juta banyaknya.
Galileo lahir di Pisa,Italia,pada tanggal 15 Febuari 1564
dan meninggal di Arcetri pada tanggal 8 januari 1642 pada umur 78 tahun karena
demam. Ia lahir tiga hari sebelum Michelangelo meninggal dan tutup usia satu
tahun sebelum Newton lahir. Ayah Galileo bernama Vicenzo Galilei, ahli musik
dan matematika. Ia mengharapkan Galileo menjadi dokter. Ketika Galileo berumur
10 tahun, orang tuanya pindah ke Florence, di sini Galileo bersekolah di biara
Vallombrosa. Pada umurnya 17 tahun ia disuruh ayahnya masuk Universitas Pisa
jurusan kedokteran.
Pada suatu hari ia masuk ke Katedral kota itu. Disitu ia
melihat lampu gantung yang sedang dinyalakan oleh koster (pelayan gereja).
Lampu-lampu itu berayun-ayun karena disentuh koster. Lebar ayunanya
bermacam-macam. Galieo menghitung lamanya ayunan dengan denyut nadinya karena
waktu itu belum ada alrloji atau alat ukur lainnya. Setiba dirumah ia
mengulangi peristiwa itu dengan bola dari berbagai ukuran dan berat. Akhirnya
ia menemukan hukum ini: Waktu ayun tidak tergantung pada lebar ayun dan berat
bandul, asal lebar ayun tidak terlalu besar. Waktu ayun berbanding lurus dengan
panjang bandul dan berbanding terbalik dengan akar percepatan yang disebabkan
gaya grafitasi.
Galileo belajar matematika pada Ostilio Ricci, guru di
Istana Tuscana. Ia mulai jemu kuliah kedokteran dan pada umur 21 tahun berhenti
kuliah tanpa gelar dokter karena kurang biaya. Ia mulai mengarang karyanya
tentang neraca hidrostatik (1586) dan pusat gaya berat pada benda padat (1589)
menyebabkan ia terkenal di Italia dan diangkat jadi dosen di Universitas Padua.
Ia punya pembantu bernama Maria Gamba. Dengan wanita ini ia mendapatkan dua
anak perempuan dan laki-laki.
Dosen-dosen universitas di seluruh Italia menganggap ajaran
Aristoteles dan Ptolemeus paling benar. Aristoteles mengatakan bahwa benda
berat jatuh lebih dulu ke bumi dari pada benda ringan. Dan mengatakan bahwa
permukaan bulan rata dan memancarkan cahaya. Ptolemes mengatakan bahwa bumi
tidak bergerak’ matahari dan bintang-bitang mengelilingi bumi. Tokoh-tokoh
agama mengikuti ajaran Ptolemeus karena dalam kitab suci tertulis! Matahari,
berhentilah! Kalimat ini disalah tafsirkan bahwa mataharilah yang bergerak
bukan bumi. (Bandingkanlah dengan kalimat sehari-hari matahari terbit dan
terbenam).
Kata orang Galileo menjatuhkan beda berbagai ukuran dan
berat dari menara Pisa. Percobaan ini disaksikan oleh para Mahasiswa dan para
Ilmuwan. Benda-beda itu jatuh bersamaan di bumi. Dengan ini terbukti bahwa
teori Aristoteles tentang benda jatuh keliru. Dengan teleskopnya. Galileo dapat
membuktikan bahwa Aristoteles dan Ptolemeus tentang benda-benda angkasa beserta
gerak dan susunannya juga salah Galileo memihak dan mendukung teori Copernicus
yang mengatakan bahwa matahari pusat tata surya. Oleh karena itu Galileo di
tangkap para tokoh agama, diadili, dikenakan tahanan rumah.
4. Charles Augustin de coulomb
Charles Augustin de Coulomb (1736-1806) adalah ahli
fisika Prancis. Penemu Hukum Coulomb (1785), penemu neraca punter
(torsi,1777), insinyur militer, inspektur jenderal pendidikan, dan
pengarang. Ia lahir di Augouleme, Prancis, pada tanggal 14 Juni 1736 dan
meninggal di Paris pada tanggal 23 Agustus 1806 pada umur 70 tahun.
Ia sangat masyhur karena dapat mengukur gaya listrik dan gaya
magnetic dengan teliti. Untuk menghormatinya namanya diabadikan sebagai
satuan muatan listrik, ialah couloumb (disingkat C). Satu couloumb =
banyaknya muatan listrik yang mengalir lewat suatu penghantar selama
satu detik, bila besar arus satu ampere.Hukum Couloumb berbunyi sebagai berikut:”Gaya tarik atau gaya tolak dua benda yang bermuatan listrik berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya dan berbanding lurus dengan besar masing-masing muatan”. Untuk mengukur gaya listrik, Couloumb mempergunakan neraca punter atau neraca torsi yang sangat peka.
Hukum Coulomb adalah gaya yang dilakukan oleh dua benda (yang msaing-masing bermuatan listrik) yang satu dan yang lainnya, adalah sebanding dengan kuat muatan arus listrik dari benda tersebut. Interaksi antara dua benda bermuatan yang dimensi geometrinya dapat diabaikan terhadap jarak antar keduanya. Maka dalam pendekatan yang cukup baik dapat dianggap bahwa kedua benda bermuatan tersebut sebagai titik muatan.
5. Max Planck
Max Planck
(1858-1947), ilmuwan fisika teori Jerman, yang mencetuskan gagasan awal tentang
teori kuantum. Ini lahir dari upayanya untuk menjelaskan teka-teki fisika yang
berkaitan dengan pancaran tenaga (energi) gelombang elektromagnet oleh benda
(hitam) panas. Pemecahannya ia temukan pada 1901 dengan anggapan bahwa
"tenaga gelombang elektromagnet dipancarkan dan diserap bahan dalam bentuk
catu-catu tenaga (diskrit) yang sebanding dengan frekuensi gelombang
elektromagnet".
Satu tenaga ini disebutnya kuanta (latin: sekian banyak: kuantum, bentuk tunggalnya). Dengan demikian, tahun 1901 dicatat sebagai awal bergilirnya bola teori kuantum. Namun, para fisikawan seangkatannya memandang gagasan Planck ini tidak mempunyai makna fisika yang jauh melainkan sekadar sebagai suatu kiat matematika belaka.
Empat tahun kemudian, pemuda Albert Einstein (1879-1955) mencatat dirinya sebagai orang pertama yang menerapkan gagasan Planck lebih jauh dalam fisika. Salah satunya, berkaitan dengan "efek fotolistrik", yaitu teka-teki terbebaskannya elektron-elektron dari permukaan logam bila disinari cahaya (gelombang elektromagnet).
Penjelasannya, karena elektron-elektron itu ditumbuk dan ditendang keluar oleh kuanta-kuanta cahaya yang berperilaku sebagai partikel (zarah). Kuanta cahaya ini disebut Einstein, foton. Dengan demikian, cahaya (gelombang elektromagnet) yang mulanya dipandang sebagai gelombang, kini diperlakukan pula sebagai partikel oleh Einstein.
Bahwa foton menumbuk elektron, seperti halnya tumbukan dua bola bilyard, kemudian dibuktikan dengan percobaan oleh Arthur H. Compton (1892-1962) dari Amerika Serikat pada 1923, yang mengabadikan namanya dengan peristiwa itu.
Gelombang partikel
Gagasan foton Einstein kemudian diterapkan Louis de Broglie pada 1922, sebelum Compton membuktikannya, untuk menurunkan Hukum Wien (1896). Ini menyatakan bahwa "bagian tenaga elektromagnet yang paling banyak dipancarkan benda (hitam) panas adalah yang frekuensinya sekitar 100 milyar kali suhu mutlak (273 + suhu Celsius) benda itu". Pekerjaan ini ternyata memberi dampak yang berkesan bagi de Broglie.
Pada musim panas 1923, de Broglie menyatakan, "secara tiba-tiba muncul gagasan untuk memperluas perilaku rangkap (dual) cahaya mencangkup pula alam partikel". Ia kemudian memberanikan diri dengan mengemukakan bahwa "partikel, seperti elektron juga berperilaku sebagai gelombang". Gagasannya ini ia tuangkan dalam tiga makalah ringkas yang diterbitkan pada 1924; salah satunya dalam jurnal vak fisika Perancis, Comptes Rendus.
Penyajiannya secara terinci dan lebih luas kemudian menjadi bahan tesis doktoralnya yang ia pertahankan pada November 1924 di Sorbonne, Paris. Tesis ini berangkat dari dua persamaan yang telah dirumuskan Einstein untuk foton, E=hf dan p=h/. Dalam kedua persamaan ini, perilaku yang "berkaitan" dengan partikel (energi E dan momentum p) muncul di ruas kiri, sedangkan ruas kanan dengan gelombang (frekuensi f dan panjang gelombang , baca: lambda). Besaran h adalah tetapan alam yang ditemukan Planck, tetapan Planck.
Secara tegas, de Broglie mengatakan bahwa hubungan di atas juga berlaku untuk partikel. Ini merupakan maklumat teori yang melahirkan gelombang partikel atau de Broglie. Untuk partikel, seperti elektron, momentum p adalah hasilkali massa (sebanding dengan berat) dan lajunya. Karena itu, panjang gelombang de Broglie berbanding terbalik dengan massa dan laju partikel. Sebagai contoh, elektron dengan laju 100 cm per detik, panjang gelombangnya sekitar 0,7 mm.
Tantangan Tesis ini kemudian diterbitkan pada awal 1925 dalam jurnal vak fisika Perancis, Annales de Physique. Namun, luput dari perhatian para fisikawan. Bahkan, para penguji de Broglie hanya terkesan dengan penalaran matematikanya tetapi tidak mempercayai segi fisikanya.
Promotornya, Paul Langevin (1872-1946), kemudian mengirimkan satu kopi kepada Einstein di Berlin, yang ternyata memberi rekasi mendukung. Ia memandangnya lebih daripada permainan matematika dengan menekankan bahwa gelombang partikel haruslah nyata. Berita ini kemudian ia teruskan kepada Max Born (1882-1970), fisikawan teori Jerman, di Gottingen.
Born kemudian menanyakan kemungkinan eksperimentalnya kepada James Franck (1882-1964), rekan sekerjanya, yang memberi tanggapan mendukung dengan menunjuk pada teka-teki hasil percobaan Clinton J. Davisson (1881-1958) dan asistennya Charles H. Kunsman dari Amerika Serikat pada 1922 dan 1923. Keduanya mengamati bahwa permukaan logam yang ditembaki dengan berkas elektron selain memancarkan kembali elektron-elektron dengan tenaga yang sangat rendah, ternyata ada pula yang memiliki tenaga sama dengan elektron semula.
Teka-teki ini kemudian terjelaskan oleh Walter Elsaser, mahasiswa Born, pada tahun 1925 dalam sebuah makalah ringkas dengan menggunakan gagasan gelombang de Broglie. Namun sayang, para fisikawan eksperimen tidak terkesan dengan tafsir ulang ini terhadap data percobaan mereka - apalagi oleh seorang mahasiswa berusia 21 tahun yang sama sekali belum dikenal.
Dukungan dan hadiah Nobel
Pada tahun 1926 barulah nampak suatu terang! Erwin Schrodinger (1887-1961), fisikawan teori Austria, merumuskan suatu persamaan matematika yang mengendalikan kelakuan rambatan gelombang partikel dalam berbagai sistem fisika. Ini sama halnya dengan persamaan gerak Newton dalam mekanika Newton (klasik) yang mengendalikan kelakuan gerak partikel.
Karya Schrodinger ini melahirkan mekanika baru yang dikenal sebagai mekanika gelombang atau lazimnya disebut mekanika kuantum. Penerapannya pada struktur atom berhasil menjelaskan berbagai data pengamatan dengan begitu mengesankan, tanpa dipaksa, sehingga menyentakkan para fisikawan untuk menerima gagasan de Broglie.
Dukungan berikutnya datang dari Amerika Serikat, oleh Clinton J. Davisson dan Lester H. Germer (1896 - ?.), yang menerbitkan hasil percobaan mereka pada 1927, bahwa elektron memang memperlihatkan perilaku gelombang. Bukti yang sama tetapi dengan metode percobaan yang berbeda juga dilaporkan oleh George P. Thomson (1892-1975) dari Inggris pada waktu itu.
Dukungan bukti-bukti percobaan ini kemudian mengukuhkan penerimaan gelombang partikel yang diikuti dengan dianugerahkannya hadiah Nobel Fisika (tunggal) 1929 bagi Louis de Broglie. Suatu penghargaan keilmuan bergengsi yang patut bagi karya ilmiahnya yang begitu revolusioner
Satu tenaga ini disebutnya kuanta (latin: sekian banyak: kuantum, bentuk tunggalnya). Dengan demikian, tahun 1901 dicatat sebagai awal bergilirnya bola teori kuantum. Namun, para fisikawan seangkatannya memandang gagasan Planck ini tidak mempunyai makna fisika yang jauh melainkan sekadar sebagai suatu kiat matematika belaka.
Empat tahun kemudian, pemuda Albert Einstein (1879-1955) mencatat dirinya sebagai orang pertama yang menerapkan gagasan Planck lebih jauh dalam fisika. Salah satunya, berkaitan dengan "efek fotolistrik", yaitu teka-teki terbebaskannya elektron-elektron dari permukaan logam bila disinari cahaya (gelombang elektromagnet).
Penjelasannya, karena elektron-elektron itu ditumbuk dan ditendang keluar oleh kuanta-kuanta cahaya yang berperilaku sebagai partikel (zarah). Kuanta cahaya ini disebut Einstein, foton. Dengan demikian, cahaya (gelombang elektromagnet) yang mulanya dipandang sebagai gelombang, kini diperlakukan pula sebagai partikel oleh Einstein.
Bahwa foton menumbuk elektron, seperti halnya tumbukan dua bola bilyard, kemudian dibuktikan dengan percobaan oleh Arthur H. Compton (1892-1962) dari Amerika Serikat pada 1923, yang mengabadikan namanya dengan peristiwa itu.
Gelombang partikel
Gagasan foton Einstein kemudian diterapkan Louis de Broglie pada 1922, sebelum Compton membuktikannya, untuk menurunkan Hukum Wien (1896). Ini menyatakan bahwa "bagian tenaga elektromagnet yang paling banyak dipancarkan benda (hitam) panas adalah yang frekuensinya sekitar 100 milyar kali suhu mutlak (273 + suhu Celsius) benda itu". Pekerjaan ini ternyata memberi dampak yang berkesan bagi de Broglie.
Pada musim panas 1923, de Broglie menyatakan, "secara tiba-tiba muncul gagasan untuk memperluas perilaku rangkap (dual) cahaya mencangkup pula alam partikel". Ia kemudian memberanikan diri dengan mengemukakan bahwa "partikel, seperti elektron juga berperilaku sebagai gelombang". Gagasannya ini ia tuangkan dalam tiga makalah ringkas yang diterbitkan pada 1924; salah satunya dalam jurnal vak fisika Perancis, Comptes Rendus.
Penyajiannya secara terinci dan lebih luas kemudian menjadi bahan tesis doktoralnya yang ia pertahankan pada November 1924 di Sorbonne, Paris. Tesis ini berangkat dari dua persamaan yang telah dirumuskan Einstein untuk foton, E=hf dan p=h/. Dalam kedua persamaan ini, perilaku yang "berkaitan" dengan partikel (energi E dan momentum p) muncul di ruas kiri, sedangkan ruas kanan dengan gelombang (frekuensi f dan panjang gelombang , baca: lambda). Besaran h adalah tetapan alam yang ditemukan Planck, tetapan Planck.
Secara tegas, de Broglie mengatakan bahwa hubungan di atas juga berlaku untuk partikel. Ini merupakan maklumat teori yang melahirkan gelombang partikel atau de Broglie. Untuk partikel, seperti elektron, momentum p adalah hasilkali massa (sebanding dengan berat) dan lajunya. Karena itu, panjang gelombang de Broglie berbanding terbalik dengan massa dan laju partikel. Sebagai contoh, elektron dengan laju 100 cm per detik, panjang gelombangnya sekitar 0,7 mm.
Tantangan Tesis ini kemudian diterbitkan pada awal 1925 dalam jurnal vak fisika Perancis, Annales de Physique. Namun, luput dari perhatian para fisikawan. Bahkan, para penguji de Broglie hanya terkesan dengan penalaran matematikanya tetapi tidak mempercayai segi fisikanya.
Promotornya, Paul Langevin (1872-1946), kemudian mengirimkan satu kopi kepada Einstein di Berlin, yang ternyata memberi rekasi mendukung. Ia memandangnya lebih daripada permainan matematika dengan menekankan bahwa gelombang partikel haruslah nyata. Berita ini kemudian ia teruskan kepada Max Born (1882-1970), fisikawan teori Jerman, di Gottingen.
Born kemudian menanyakan kemungkinan eksperimentalnya kepada James Franck (1882-1964), rekan sekerjanya, yang memberi tanggapan mendukung dengan menunjuk pada teka-teki hasil percobaan Clinton J. Davisson (1881-1958) dan asistennya Charles H. Kunsman dari Amerika Serikat pada 1922 dan 1923. Keduanya mengamati bahwa permukaan logam yang ditembaki dengan berkas elektron selain memancarkan kembali elektron-elektron dengan tenaga yang sangat rendah, ternyata ada pula yang memiliki tenaga sama dengan elektron semula.
Teka-teki ini kemudian terjelaskan oleh Walter Elsaser, mahasiswa Born, pada tahun 1925 dalam sebuah makalah ringkas dengan menggunakan gagasan gelombang de Broglie. Namun sayang, para fisikawan eksperimen tidak terkesan dengan tafsir ulang ini terhadap data percobaan mereka - apalagi oleh seorang mahasiswa berusia 21 tahun yang sama sekali belum dikenal.
Dukungan dan hadiah Nobel
Pada tahun 1926 barulah nampak suatu terang! Erwin Schrodinger (1887-1961), fisikawan teori Austria, merumuskan suatu persamaan matematika yang mengendalikan kelakuan rambatan gelombang partikel dalam berbagai sistem fisika. Ini sama halnya dengan persamaan gerak Newton dalam mekanika Newton (klasik) yang mengendalikan kelakuan gerak partikel.
Karya Schrodinger ini melahirkan mekanika baru yang dikenal sebagai mekanika gelombang atau lazimnya disebut mekanika kuantum. Penerapannya pada struktur atom berhasil menjelaskan berbagai data pengamatan dengan begitu mengesankan, tanpa dipaksa, sehingga menyentakkan para fisikawan untuk menerima gagasan de Broglie.
Dukungan berikutnya datang dari Amerika Serikat, oleh Clinton J. Davisson dan Lester H. Germer (1896 - ?.), yang menerbitkan hasil percobaan mereka pada 1927, bahwa elektron memang memperlihatkan perilaku gelombang. Bukti yang sama tetapi dengan metode percobaan yang berbeda juga dilaporkan oleh George P. Thomson (1892-1975) dari Inggris pada waktu itu.
Dukungan bukti-bukti percobaan ini kemudian mengukuhkan penerimaan gelombang partikel yang diikuti dengan dianugerahkannya hadiah Nobel Fisika (tunggal) 1929 bagi Louis de Broglie. Suatu penghargaan keilmuan bergengsi yang patut bagi karya ilmiahnya yang begitu revolusioner
6. Wilhelm Conrad Rontgen
Wilhelm Conrand lahir 27 Maret 1845 di Lennep Jerman anak seorang pedagang pakaian. Pada usia 3 tahun, keluarganya pindah ke Apeldoorn Belanda. Ia kemudian masuk ke Institut Martinus Herman Van Doorn. Ia awalnya tidak memperlihatkan bakat khusus tetapi sangat menyukai alam dan gemar bertualang di tempat terbuka. Prestasinya juga tergolong biasa-biasa saja dan tak seorangpun menduga ia menjadi ahli fisika dan mencatatkan namanya dalam sejarah dunia sebagai tokoh yang menemukan sinar X (Sinar Rontgen) yang hingga kini makin luas dipergunakan dalam dunia kedokteran. Ia kemudian mendapatkan nobel bidang Fisika pertama tahun 1901.
Rontgen belajar Fisika Universitas Utrecht tahun 1865. Ia kemudian masuk dalam jurusan Rekayasa Mekanik di Politeknik Zurich Swiss dan bekerja di laboratorium Kundt di bawah bimbingan dosennya-Clausius. Rontgen memperoleh gelar Ph.d tahun 1869, kemudian terbang ke Prancis mengajar di Univesitas Strasbourg sebagai guru besar bidang Fisika. Tak lama kemudian ia pindah ke Jerman tahun 1900 menjadi ketua jurusan Fisika Universitas Munich atas permintaan khusus pemerintah Provinsi Bavaria.
Karya pertamanya dipublikasikan tahun 1870 tentang “panas gas yang spesifik”, kemudian disusul karya tulis tentang “konsuksi panas kristal. Tahun 1895 ia mempelajari fenomena yang melintasi lintasan arus listrik melalui gas yang bertekanan snagat rendah. Penelitian ini menginspirasi pada penemuan jenis sinar X. Ia menemukan obyek-obyek dengan ketebalan berbeda yang ditempatkan pada cahaya memperlihatkan transparansi berbeda-beda ketika direkam dengan plat fotografi. Ketika dia mendiamkan sebentar tangan istrinya di garis edar cahaya di atas plat topografi, dia melihat gambar tangan istrinya ketika plat itu di cetak. Gambar bayangan tulang dan cincin yang dikenakan istrinya terlihat dalam gambar rontgen pertama. Dalam percobaan selanjutnya, ia melihat bahwa cahaya baru ini dihasilkan oleh sinar kode yang disorotkan pada obyek material. Karena sifatnya tidak diketahui ia memberinya nama sinar X. Baru di kemudian hari, Max van Laue memperlihatkan sinar X memiliki sifat yang elektromagnetik yang sama dengan sinar lain namun memiliki tinggi frekuensi getar yang berbeda.
Atas penemuannya ini Rontgen mendapat penghargaan luar biasa dari dunia. Jalan-jalan di beberapa kota besar di Eropa di namai sesuai namanya, Ia juga mendapat berbagai hadiah, gelar kehormatan, gelar Dr honoriscausa dari beberapa universitas ternama dunia. Namun kehidupan, gaya dan sikapnya tetaplah sederhana. Ia terkenal orang yang rama, sopan santun, dan tidak segan memberikan bantuan kepada orang lain. Ia juga lebih senang bekerja sendirian dan tidak mengangkat asisten. Rontgen menikah dengan Anna Bertha Ludwig keponakan seorang penyair Otto Ludwig tahun 1872 di Apeldroorn Belanda. Ia meninggal 10 Februari 1923 karena kanker usus 4 tahun setelah istrinya meninggal lebih dulu
Wilhelm Conrand lahir 27 Maret 1845 di Lennep Jerman anak seorang pedagang pakaian. Pada usia 3 tahun, keluarganya pindah ke Apeldoorn Belanda. Ia kemudian masuk ke Institut Martinus Herman Van Doorn. Ia awalnya tidak memperlihatkan bakat khusus tetapi sangat menyukai alam dan gemar bertualang di tempat terbuka. Prestasinya juga tergolong biasa-biasa saja dan tak seorangpun menduga ia menjadi ahli fisika dan mencatatkan namanya dalam sejarah dunia sebagai tokoh yang menemukan sinar X (Sinar Rontgen) yang hingga kini makin luas dipergunakan dalam dunia kedokteran. Ia kemudian mendapatkan nobel bidang Fisika pertama tahun 1901.
Rontgen belajar Fisika Universitas Utrecht tahun 1865. Ia kemudian masuk dalam jurusan Rekayasa Mekanik di Politeknik Zurich Swiss dan bekerja di laboratorium Kundt di bawah bimbingan dosennya-Clausius. Rontgen memperoleh gelar Ph.d tahun 1869, kemudian terbang ke Prancis mengajar di Univesitas Strasbourg sebagai guru besar bidang Fisika. Tak lama kemudian ia pindah ke Jerman tahun 1900 menjadi ketua jurusan Fisika Universitas Munich atas permintaan khusus pemerintah Provinsi Bavaria.
Karya pertamanya dipublikasikan tahun 1870 tentang “panas gas yang spesifik”, kemudian disusul karya tulis tentang “konsuksi panas kristal. Tahun 1895 ia mempelajari fenomena yang melintasi lintasan arus listrik melalui gas yang bertekanan snagat rendah. Penelitian ini menginspirasi pada penemuan jenis sinar X. Ia menemukan obyek-obyek dengan ketebalan berbeda yang ditempatkan pada cahaya memperlihatkan transparansi berbeda-beda ketika direkam dengan plat fotografi. Ketika dia mendiamkan sebentar tangan istrinya di garis edar cahaya di atas plat topografi, dia melihat gambar tangan istrinya ketika plat itu di cetak. Gambar bayangan tulang dan cincin yang dikenakan istrinya terlihat dalam gambar rontgen pertama. Dalam percobaan selanjutnya, ia melihat bahwa cahaya baru ini dihasilkan oleh sinar kode yang disorotkan pada obyek material. Karena sifatnya tidak diketahui ia memberinya nama sinar X. Baru di kemudian hari, Max van Laue memperlihatkan sinar X memiliki sifat yang elektromagnetik yang sama dengan sinar lain namun memiliki tinggi frekuensi getar yang berbeda.
Atas penemuannya ini Rontgen mendapat penghargaan luar biasa dari dunia. Jalan-jalan di beberapa kota besar di Eropa di namai sesuai namanya, Ia juga mendapat berbagai hadiah, gelar kehormatan, gelar Dr honoriscausa dari beberapa universitas ternama dunia. Namun kehidupan, gaya dan sikapnya tetaplah sederhana. Ia terkenal orang yang rama, sopan santun, dan tidak segan memberikan bantuan kepada orang lain. Ia juga lebih senang bekerja sendirian dan tidak mengangkat asisten. Rontgen menikah dengan Anna Bertha Ludwig keponakan seorang penyair Otto Ludwig tahun 1872 di Apeldroorn Belanda. Ia meninggal 10 Februari 1923 karena kanker usus 4 tahun setelah istrinya meninggal lebih dulu
0 komentar:
Posting Komentar